-->
logo blog

Sunday, May 29, 2016

Sejarah Wanita Bali menggunakan Tengkuluk di kepalanya, Tahun 1949

 Wanita Bali menggunakan Tengkuluk
Hindu Bersuara - Pada jaman dahulu, Tengkuluk hanya digunakan oleh nenek-nenek. Tujuan menggunakan tengkuluk ini adalah, agar rambutnya tidak terurai (megambahan), karena megambahan menyiratkan makna bahwa nenek itu memiliki sifat keraksasaan, dengan ilmu pengiwa/pengleakannya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang nenek pada waktu berada di luar rumah, lebih-lebih pada saat mebanjar patutnya menggunakan tengkuluk.

Tengkuluk atau Tengkuluk Lelunakan pada masa sekarang ini sedang naik daun, karena produk budaya Bali ini telah digunakan dalam even-even yg marak dan akbar. Padahal busana ini awalnya merupakan tengkuluk yg biasa digunakan nenek2 atau pada saat wanita dengan busana adatnya, ikut melakukan upacara pekutangan ke setra, tatkala ada orang meninggal.

Pada tahun 1960-an busana melelunakan ini sempat dimodifikasi dijadikan busana tari tenun dan tari gegaboran, sehingga menjadi produk pengembangan budaya yg menarik dan dikenal secara nasional bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan tengkuluk lelunakan ini telah mendunia.

Hal ini dapat dibuktikan melalui studi fotografi dan buku-buku pariwisata atau sejenis folder, leaflet yg tersebar di seluruh dunia. Pada buku-buku pariwisata, folder, leaflet dan berbagai bentuk dan jenis brosur dalam berbagai bahasa yg menginformasikan kebudayaan Bali, selalu saja ada gambar gadis Bali yg menggunakan tengkuluk lelunakan.

Berdasarkan hasil seminar busana yg dilakukan oleh Tim Penggerak PKK Propinsi Bali yg diadakan pada Desember 1996 dalam rangka Hari Kesatuan Gerak PKK, busana ini ditetapkan sebagai busana pembawa sarana upacara resmi yg boleh digunakan pada acara-acara seperti dalam pembukaan seminar, penyambut tamu, MC dan lain-lainnya sehingga tidak menggunakan busana Payas Agung yang disakralkan. Dengan demikian, penggunaan tengkuluk lelunakan ini betul-betul telah berkembang.

Sumber : Sejarah Bali


EmoticonEmoticon