-->
logo blog

Sunday, March 6, 2016

Tradisi Unik Desa Adat Karangsari Melaksanakan Ngusabe Dodol

Tradisi Unik Desa Adat Karangsari




Budaya Bali - Ngusaba Dodol seperti ngusaba umumnya di Bali, merupakan suatu Prosesi bentuk syukur masyarakat Hindu Bali kepada Sang Pecipta (Sang Hyang Widhi). Sebelum upacara Ngusaba Dodol di adakan,ada serangkaian ritual persiapan yang di laksankana oleh masyrakat Adat desa Karangsari.


Bentuk rasa syukur ini di tujukan kehadapan Dewi Sri Manifestasi tuhan sebagai Dewi  Penyubur tanaman. Yang pada masanya tanaman pangan di desa ini begitu subur,hingga masyrakat setempat melakukan puji syukur terhadap Sang Pencipta dengan melakoni persembahan bentuk olahan yang terbuat dari hasil Bumi atau hasil panen mereka. Yang pada umumnya di Desa Karangsari ini bentuk kreasi cipata masyrakatnya berupa BUNTILAN(olahan yang du bungkus daun kering),yang secara umum kita kenal dengan DODOL. 

Lambat laun dengan perkembangan Budaya dan Pilosofi masyarakat Hindu Bali Ngusaba ini di laksanakan atau di pusatkan di Pura Dalem desa Adat Karangsari. Sesuai dengan kreasi dan karya cipta masyrakat biasanya,di setiap Upacara di pura Dalem masyarakat membuat sarana ritual yang di dominasi berbentuk BUNTILAN atau DODOL maka Ngusaba Di desa Karangsari ini di kenal dengan Ngusaba Dodol. Dalam prosesi  puncak ngusaba ini bisanya di lakukan dalam tiga tahap. Penyemeng yaitu persembahyangan yang di lakukan saat pagi dengan membawa sesajen Rayunan (hasil bumi dan ternak) yang di persembahakan kepada Tuhan dan Para Leluhur. Tengai yaitu persembahyangan yang di lakukan pada siang hari. Nyanjain yaitu persembahyangan yang di lakukan pada sore hari hinga Penyineban (penutup serangkain upacara atau ritual). 

Di dalam Ngusaba Dodol ini ada tradisi unik yang di lakoni masyarakat desa ini yaitu NAUR SOT / NAURIN (pembayaran). Bagi masyarakat desa ini maupun masrakat Bali pada umumnya ada tradisi Mesatya (setia) terhadap Janji yang di ucapakan.yang  tentunya ini masih dalam kerangka untuk kebaikan Diri,Keluarga,Lingkungan maupun terhadap Tuhan Sang Pencipta. Suatu bentuk kompetisi unik di dalamnya untuk memacu kepercayaan diri manusia. Naur Sot,ketika salah seornag Warga desa memiliki keinginan (dalam arti kebaikan), dan bila keinginan ini tercapai mereka akan menghaturkan (bentuk syukur) 

TAKILAN (dodol) dengan Ketententuan Selae Catu (25),Seket Catu (50),Teleung Benang Catu (75),Satus Catu (100) hingga Satak Catu (200). Catu merupakan ukuran berat bahan yang di pergunakan untuk membuat Takilan (1 Catu = 1,5 kg). yang nantinya Takilan ini di arak oleh anggota keluarganya ke Pura Dalem untukNaurin sesuai Janji yang telah mereka sebutkan sebelumnya. Naurin lebih menganut Konsep untuk manusia dan Manusia (Tri Hita Karana). 


EmoticonEmoticon