-->
logo blog

Thursday, August 18, 2016

Rerainan Purnama, Tilem Dan Kajeng Keliwon Dalam Religi-Modern Hindu Bali

Ilustrasi
Hindu Bersuara - Perubahan pola hidup masyarakat dari pola agraris menuju pola industri menggeser tatanan kehidupan religius umat Hindu Bali. Pada masa lalu kehidupan umat Hindu Bali melaksanakan ritual semakin lama semakin baik karena menekankan pada hubungan kekerabatan maupun sosiologis dengan keluarga maupun masyarakat menjadi sangat berarti. Pada masa itu untuk membuat upakara atau banten dikerjakan dengan anggota masyarakat dengan cara metulung atau nguopin (gotong royong), namun kini telah terjadi perubahan dengan membeli atau memesannya karena masyarakat menginginkan yang serba praktis, cepat dan simple. Alit Putrawan dalam talkshow bersama 92,6 FM Radio Publik Kota Denpasar menjelaskan perubahan tersebut tidak bisa dipungkiri dan tidak ada yang berhak untuk menjudge benar atau salah, karena kondisi zaman dulu dengan sekarang jauh berbeda, maka tak salah dalam kehidupan religi-modern Hindu Bali menjadikan ini sebagai solusi dalam kehidupan beragama, asal tidak mengurangi sraddha bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.  Umat Hindu Bali masa kini disamping melakukan aktivitas kehidupan yang begitu gesit juga bisa sejalan melaksanakan aktivitas ritual keagamaan. Seperti pelaksanaan ritual purnama, tilem dan kajeng kliwon yang merupakan rerahinan rutin yang laksanakan umat Hindu. Alit Putrawan menjelaskan Rerahinan Purnama berlangsung saat bulan Purnama, yaitu jatuh pada setiap malam bulan penuh (Sukla Paksa) beryogyalah Sang Hyang Candra (bulan) sebagai hari penyucian oleh Sang Hyang Rwa Bhineda yaitu Sang Hyang Surya dan Sang Hyang Candra. Sedangkan Tilem  dirayakan untuk memohon berkah dan karunia dari Ida Sang Hyang Widhi yang dirayakan setiap malam pada waktu bulan mati (Krsna Paksa) yang bertepatan dengan Sanghyang Surya beryoga memohonkan keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Pada hari suci demikian itu, sudah seyogyanya para rohaniawan dan semua umat manusia menyucikan dirinya lahir batin dengan melakukan upacara persembahyangan dan menghaturkan yadnya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Rerahinan Purnama Tilem yang dirayakan oleh umat Hindu merupakan simbolis penerimaan Rwa Bhineda (dua sisi baik dan buruk). Purnama Tilem mengingatkan manusia akan adanya dua sisi yang saling bertentangan dalam kehidupan ini. Agar jiwa tenang dan setabil ketika menghadapi suka dan duka kehidupan. Kestabilan jiwa itu penting dimiliki oleh manusia. Sebab di dunia ini semua orang akan dan pernah mengalami suka dan duka, apapun status sosialnya di masyarakat.  Alit Putrawan juga menambahkan rerahinan kajeng kliwon adalah pertemuaan antara Tri Wara dan Panca Wara, Kajeng dan Kliwon yang memiliki kekuatan Religiomagis, yaitu: 


Hari Kajeng (Tri Wara), yaitu merupakan prabhawanya Sang Hyang Durga Dewi sebagai perwujudan dari kekuatan “Ahamkara”, yang memanifestasikan kekuatan Bhuta, Kala, dan Durga di Bumi.
Hari Kliwon (Panca Wara), yaitu merupakan hari prabhawanya Sang Hyang Siwa sebagai perwujudan kekuatan Dharma yang memanifestasikan kekuatan Dewa.



Dengan demikian menyatunya kekuatan Siwa dengan kekuatan Durga, maka lahirlah kekuatan Dharma Wisesa sehingga dari sini lahirnya Kesidhian, Kesaktian, dan Kemandhian yang selalu dikendalikan oleh kekuatan Dharma demikian disebutkan dalam Lontar Kala Maya Tattwa. Dalam melaksanakan ritual purnama, tilem dan kajeng kliwon ini setidaknya umat Hindu bali menghaturkan sesajen sesuai dengan kemampuan. Saat purnama maupun tilem umumnya menghaturkan daksina pejati, banten soda, canang dan bila diperlukan juga menghaturkan segehan. Sedangkan pada hari Kajeng Kliwon umat Hindu di Bali menghaturkan sesajen berupa tipat dampulan, soda serta canang yang merupakan persembahan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi, sedangkan di bawah sesajen berupa segehan yang dihaturkan kepada Sang Bhuta Bucari (di natar merajan) , Sang Kala Bhucari (di natar rumah) dan Sang Durgha Bucari (di lebuh). Dengan sesajen yang dipersembahkan ini  diharapkan rumah tangga dan anggota keluarga mendapatkan keselamatan, selain itu juga sebagai ungkapan rasa terima kasih atas apa yang telah diberikan Sang Hyang Widhi. Mari jadikan Rerahinan purnama, tilem dan kajeng kliwon ini sebagai momentum menebarkan benih-benih kasih pada personal, dibalik ini ada rahasia kasih dalam melakukan pemujaan, seninya menata kehidupan menuju pada kecermerlangan-Nya sehingga akan memperoleh sensasi religious yang luar biasa dalam diri.

Sumber Artikel : RPKD Radio FM




EmoticonEmoticon