Ilustrasi |
Hindu Bersuara - Perubahan
pola hidup masyarakat dari pola agraris menuju pola industri menggeser tatanan
kehidupan religius umat Hindu Bali. Pada masa lalu kehidupan umat Hindu Bali
melaksanakan ritual semakin lama semakin baik karena menekankan pada hubungan
kekerabatan maupun sosiologis dengan keluarga maupun masyarakat menjadi sangat
berarti. Pada masa itu untuk membuat upakara atau banten dikerjakan dengan
anggota masyarakat dengan cara metulung atau nguopin (gotong royong), namun
kini telah terjadi perubahan dengan membeli atau memesannya karena masyarakat
menginginkan yang serba praktis, cepat dan simple. Alit Putrawan dalam talkshow
bersama 92,6 FM Radio Publik Kota Denpasar menjelaskan perubahan tersebut tidak
bisa dipungkiri dan tidak ada yang berhak untuk menjudge benar atau salah,
karena kondisi zaman dulu dengan sekarang jauh berbeda, maka tak salah dalam
kehidupan religi-modern Hindu Bali menjadikan ini sebagai solusi dalam
kehidupan beragama, asal tidak mengurangi sraddha bhakti kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Umat Hindu Bali masa kini
disamping melakukan aktivitas kehidupan yang begitu gesit juga bisa sejalan
melaksanakan aktivitas ritual keagamaan. Seperti pelaksanaan ritual purnama,
tilem dan kajeng kliwon yang merupakan rerahinan rutin yang laksanakan umat
Hindu. Alit Putrawan menjelaskan Rerahinan Purnama berlangsung saat bulan
Purnama, yaitu jatuh pada setiap malam bulan penuh (Sukla Paksa) beryogyalah
Sang Hyang Candra (bulan) sebagai hari penyucian oleh Sang Hyang Rwa Bhineda
yaitu Sang Hyang Surya dan Sang Hyang Candra. Sedangkan Tilem dirayakan untuk memohon berkah dan karunia
dari Ida Sang Hyang Widhi yang dirayakan setiap malam pada waktu bulan mati
(Krsna Paksa) yang bertepatan dengan Sanghyang Surya beryoga memohonkan
keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Pada hari suci demikian itu, sudah
seyogyanya para rohaniawan dan semua umat manusia menyucikan dirinya lahir
batin dengan melakukan upacara persembahyangan dan menghaturkan yadnya
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Rerahinan Purnama Tilem yang dirayakan oleh
umat Hindu merupakan simbolis penerimaan Rwa Bhineda (dua sisi baik dan buruk).
Purnama Tilem mengingatkan manusia akan adanya dua sisi yang saling
bertentangan dalam kehidupan ini. Agar jiwa tenang dan setabil ketika
menghadapi suka dan duka kehidupan. Kestabilan jiwa itu penting dimiliki oleh
manusia. Sebab di dunia ini semua orang akan dan pernah mengalami suka dan
duka, apapun status sosialnya di masyarakat.
Alit Putrawan juga menambahkan rerahinan kajeng kliwon adalah pertemuaan
antara Tri Wara dan Panca Wara, Kajeng dan Kliwon yang memiliki kekuatan
Religiomagis, yaitu:
Hari
Kajeng (Tri Wara), yaitu merupakan prabhawanya Sang Hyang Durga Dewi sebagai
perwujudan dari kekuatan “Ahamkara”, yang memanifestasikan kekuatan Bhuta, Kala, dan Durga di
Bumi.
Hari
Kliwon (Panca Wara), yaitu merupakan hari prabhawanya Sang Hyang Siwa sebagai
perwujudan kekuatan Dharma yang memanifestasikan kekuatan Dewa.
Dengan
demikian menyatunya kekuatan Siwa dengan kekuatan Durga, maka lahirlah kekuatan
Dharma Wisesa sehingga dari sini lahirnya Kesidhian, Kesaktian, dan Kemandhian
yang selalu dikendalikan oleh kekuatan Dharma demikian disebutkan dalam Lontar
Kala Maya Tattwa. Dalam melaksanakan ritual purnama, tilem dan kajeng kliwon
ini setidaknya umat Hindu bali menghaturkan sesajen sesuai dengan kemampuan.
Saat purnama maupun tilem umumnya menghaturkan daksina pejati, banten soda,
canang dan bila diperlukan juga menghaturkan segehan. Sedangkan pada hari
Kajeng Kliwon umat Hindu di Bali menghaturkan sesajen berupa tipat dampulan,
soda serta canang yang merupakan persembahan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi,
sedangkan di bawah sesajen berupa segehan yang dihaturkan kepada Sang Bhuta
Bucari (di natar merajan) , Sang Kala Bhucari (di natar rumah) dan Sang Durgha
Bucari (di lebuh). Dengan sesajen yang dipersembahkan ini diharapkan rumah tangga dan anggota keluarga
mendapatkan keselamatan, selain itu juga sebagai ungkapan rasa terima kasih
atas apa yang telah diberikan Sang Hyang Widhi. Mari jadikan Rerahinan purnama,
tilem dan kajeng kliwon ini sebagai momentum menebarkan benih-benih kasih pada
personal, dibalik ini ada rahasia kasih dalam melakukan pemujaan, seninya
menata kehidupan menuju pada kecermerlangan-Nya sehingga akan memperoleh
sensasi religious yang luar biasa dalam diri.
Sumber Artikel : RPKD Radio FM
EmoticonEmoticon