-->
logo blog

Wednesday, June 1, 2016

Kisah Asal - Usul dan Sejarah Barong Landung,Blahbatuh Gianyar Bali



Cerita Barong Landung
Hindu Bersuara - Sejarah Berawal dari kisah Bali Kuno, yang menceritakan sebuah Kerajaan Balingkang. Dari sinilah kisah kemunculan Barong Landung dimulai. Ketika itu, seorang raja bernama Sri Jaya Pangus memerintah Kerajaan Balingkang. Pada masa pemerintahannya, kehidupan masyarakat amatlah makmur. Kerajaan tenteram dari segi ketahanan militer hingga perdagangannya. Dari hubungan perdangan inilah rumor tentang kemakmuran kerjaan ini terdengar hingga negeri cina. Para saudagar Cina pun memutuskan datang dan menjalin hubungan pertemanan dengan kerajaan yang diperintah oleh Sri Jaya Pangus. Dari hubungan ini, lambat laun Sri Jaya Pangus menemukan sorang wanita Cina pujaan hatinya. Wanita ini bernama Kang Ching Wie, putri seorang saudagar Cina yang kaya raya. Raja Balingkang ini akhirnya memutuskan meminang putri saudagar tersebut menjadi permaisurinya. Pinangan sang raja disetujui, hingga digelarlah upacara pernikahan yang amat megah. Seisi kerajaan dan seluruh rakyat ikut bersuka cita merayakannya.

Bertahun-tahun lamanya setelah pernikahan Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We, kedua mempelai ini belum juga dikaruniai seorang anak. Ini membawa kesedihan yang amat mendalam pada pihak kerajaan dan seluruh rakyat Kerajaan Balingkang. Keadaan kerajaan saat itu menjadi sangat muram. Hampir tidak pernah diadakan perayaan ataupun acara-acara hiburan oleh kerajaan ataupun masyarakat. Hal-hal yang besifat hura-hura sengaja tidak dilakukan, untuk ikut berbela sungkawa atas kejadian ini. Tertekan dengan apa yang terjadi, akhirnya Raja Sri Jaya Pangus memutuskan pergi meninggalkan Kang Cing We untuk mencari pencerahan. Pertualangan pun dilakukan oleh sang raja, hingga akhirnya membuat sang raja terdampar di sebuah tempat di kaki gunung batur.

Di tempat itu Sri Jaya Pangus memutuskan untuk bermeditasi. Kehadiran sang raja ternyata menarik hati seorang dewi yang menguasai daerah tersebut. Dewi ini bernama Dewi Danu. Ia merupakan dewi penunggu Danau Batur. Ditemani oleh para kerabatnya, sang dewi akhirnya menggoda sang raja yang terbangun dari meditasinya. Raja Kerajaan Balingkang inipun akhirnya tergoda, dan memutuskan menikahi Dewi Danu.

Singkat cerita, bertahun-tahun lamanya menunggu, Kang Cing We menatap kesedihan karena sang suami tidak pernah pulang ke kerajaan. Dari rasa penasarannya, akhirnya permaisuri Kerajaan Balingkang ini memutuskan berpetualang untuk mencari suaminya. Melewati hutan belantara dihadapi, namun perjalanan beliau terhalang oleh angin kencang, beliau berusaha untuk melewatinya, tapi akhirnya Kang Cing We terjatuh di sebuah hutan dan tepat di tempat suaminya terdampar dulu. Di sini akhirnya Kang Cing We bertemu dengan seorang anak yang tidak lain adalah anak dari perkimpoian suaminya yaitu Raja Sri Jaya Pangus dan Dewi Danu.

Menjumpai kenyataan itu, Kang Cing We merasa kecewa dan sakit hati, lalu memutuskan untuk menyerang Dewi Danu yang merebut suaminya. Serangan dari Kang Cing We mendapat respon negatif dari Dewi Danu, dan akhinya karena kemarahannya iapun mengeluarkan pasukannya yang berbentuk raksasa dan memporak porandakan pasukan Kang Cing We. Tak tega melihat keadaan istri pertamanya yaitu Kang Cing We, sang raja akhirnya memutuskan untuk melindungi Kang Cing We dari serangan Dewi Danu. Raja menyadari cintanya kepada Kang Cing We tidak akan pernah mati walaupun telah lama meninggalkan permaisurinya tersebut. Melihat Kang Cing We dan Sri Jaya Pangus bersatu, membuat Dewi Danu kecewa. Dalam kecewanya, iapun mengutuk kedua pasangan ini menjadi patung.

Berita tentang berubahnya Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We menjadi patung, menyebabkan luka yang sangat mendalam bagi rakyat Kerajaan Balingkang. Kesedihan rakyat ini akhirnya membuat Dewi Danu tersadar telah berbuat kesalahan. Ia pun kemudian datang ke kerajaan tersebut membawa seorang anak yang merupakan anak Sri Jaya Pangus. Dengan kedatangan Sang Dewi, rakyat Balingkang pun memutuskan mengangkat anak dari Sri Jaya Pangus menjadi penerus menggantikan raja. Sang Dewi pun mengingatkan rakyat Balingkang untuk terus menghormati dan mengenang mendiang raja serta permaisurinya. Kedua pasangan ini merupakan sosok seorang pelindung, dimana semasa pemerintahannya Kerajaan Balingkang menjadi makmur, aman dan tenteram. Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We juga disimbolkan sebagai pasangan yang memiliki cinta sejati. Untuk selalu mengenang jasa-jasa sang raja, rakyat Balingkang akhirnya memutuskan untuk memanifestasikannya ke dalam sebuah barong. Mengingat Raja Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We di kutuk oleh Dewi Danu. Dari patung itulah rakyat Balingkang membuat sepasang arca, sehingga arca inilah sebagai Barong Landung

Versi lain :
Cerita pada jaman dahulu di suatu desa terjadi musibah, penduduk banyak yang jatuh sakit. Sebagai kepercayaan turun temurun bahwa yang menyebabkan banyak jatuh sakit adalah “leak” pengikut dari ratu jahat berbentuk raksasa besar dari Nusa Penida bernama Ratu Gde Mecaling. Untuk menanggulangi wabah tersebut timbul akal dari seorang pendeta untuk membuat boneka yang menyerupai Ratu Gde Mecaling sebagai pengusir leak tersebut. Apabila Barong Landung ini pergi ngelawang khususnya pada saat ada wabah penyakit atau ada orang berkaul karena telah sembuh dari penyakitnya, karena gangguan Ratu Gde Mecaling dari Nusa Penida dapat diusir. Melihat tari Barong Landung sebagai tarian boneka raksasa yang besar, diberi nama Djero Gde dan Djero Luh. Djero Gde digambarkan sebagai manusia raksasa yang sangat seram dan tertawa terbahak-bahak sedangkan Djero Luh adalah sesosok wanita yang besar bermata sipit tetapi sering lucu. Berdasarkan kepercayaan pada sejarah tersebut, keberadaan Barong Landung tetap hidup dan dipentaskan sampai saat ini. Barong Landung juga dikeramatkan di beberapa pura di Bali salah satunya di Desa Blahbatuh Gianyar karena diyakini mempunyai kemampuan gaib untuk mengusir malapetaka dari segala musibah penyakit.


Sumber : Gadis Bali


EmoticonEmoticon