-->
logo blog

Thursday, June 2, 2016

Filosofi Pemberian Sesajen Untuk Bhuta Kala , Bukan Berhala

Memuja Tuhan (Hyang Widhi Wasa)
Hindu Bersuara - Umat Hindu di Bali berbeda dengan umat Hindu di daerah  lebih banyak melaksanakan ajaran Karma Yoga dan Bhakti Marga. Sebagaimana besar waktu umat Hindu di Bali dihabiskan untuk melaksanakan ritual-ritual suci keagamaan yang telah ada sejak dahulu kala. Dari pelaksanaan upacara itu, mencerminkan seni dan budaya Bali tetap dilestarikan oleh masyarakatnya. Warisan adi luhung itu, bahkan menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mencanegara saat ini. Sayangnya, tata cara pelaksanaan ritual umat Hindu di Bali dianggap berhala karena memuja patung, tumbuh-tumbuhan, bahkan setan.

Pemujaan yang dilakukan umat Hindu di Bali saat ritual keagamaan itu berlangsung bukanlah berhala, melainkan memuja Tuhan yang sering disebut dengan istilah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Umat Hindu dengan jiwa seni yang terkenal hingga seluruh penjuru dunia menciptakan media untuk memusatkan pikirannya kepada Tuhan. Patung yang dianggap berhala itu adalah simbolik dari Tuhan yang abstrak. Berbagai jalan dapat ditempuh umat Hindu untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta, seperti yang dinyatakan dalam kitab Bhagawad Gita 4.11 dinyatakan bahwa.

Ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhajamy aham,
Mama vartmanuvartante manusyah partha sarvauah

Artinya:
Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepadaku, Aku memberikanya anugrah setimpal.

Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha.

Selain patung, pohon-pohon juga diberikan sesajen, dipasangkan kain, serta dihias sedemikian rupa sehingga terkesan angker dan menakutka.berbagai mitos tentang hal tersebut semakin membuat umat Hindu di Bali dianggap menyembah berhala. Sesungguhnya, mitos yang dibuat oleh nenek moyang terdahulu jika dirasionalkan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan melakukan ritual memberikan sesajen pada pohon-pohon tua yang masih kokoh itu tidak ada yang berani menebangnya, sehingga kelestrarian alam Bali dapat terjaga. Selain itu, menjaga hubungan baik antara manusia dengan lingkungannya (Palemahan) dalam konsep Tri hita Karana yang dipegang teguh oleh umat Hindu di Bali juga menjadikan dasar ritual tersebut.

Sesajen Untuk Bhuta Kala Agar Ada Keseimbangan

Memuja mahluk selain manusia yang sering disebut dengan Bhuta Kala dilakukan umat Hindu Bali juga sering menjadi topic perbincangan oleh yang belum memahaminya. Umat Hindu di Bali sering dianggap memuja setan dengan memberikan banten segehan. Sesungguhnya, filosofi pemberian sesajen untuk Bhuta kala itu dilakukan untuk menjaga keseimbangan alam Bali. Pemberian sesajen kepada mahkluk halus merupakan symbol ramah tamah serta wujud menghargai keberadaan mereka sehingga dapat hidup berdampingan tidak mengganggu satu nama lain. Dengan sesajen itu, manusia menyadari bahwa dirinya bukanlah pusat dari alam semesta sehingga dalam menjalani kehidupan hendaknya senantiasa bedamai dengan alam dan segala isinya.

Sumber : Gusti Diah Indraswari


EmoticonEmoticon