Memuja Tuhan (Hyang Widhi Wasa) |
Hindu Bersuara - Umat Hindu di Bali
berbeda dengan umat Hindu di daerah
lebih banyak melaksanakan ajaran Karma Yoga dan Bhakti Marga. Sebagaimana
besar waktu umat Hindu di Bali dihabiskan untuk melaksanakan ritual-ritual suci
keagamaan yang telah ada sejak dahulu kala. Dari pelaksanaan upacara itu,
mencerminkan seni dan budaya Bali tetap dilestarikan oleh masyarakatnya. Warisan
adi luhung itu, bahkan menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mencanegara
saat ini. Sayangnya, tata cara pelaksanaan ritual umat Hindu di Bali dianggap
berhala karena memuja patung, tumbuh-tumbuhan, bahkan setan.
Pemujaan yang dilakukan
umat Hindu di Bali saat ritual keagamaan itu berlangsung bukanlah berhala,
melainkan memuja Tuhan yang sering disebut dengan istilah Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Umat Hindu dengan jiwa seni yang terkenal hingga seluruh penjuru dunia
menciptakan media untuk memusatkan pikirannya kepada Tuhan. Patung yang
dianggap berhala itu adalah simbolik dari Tuhan yang abstrak. Berbagai jalan
dapat ditempuh umat Hindu untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta,
seperti yang dinyatakan dalam kitab Bhagawad Gita 4.11 dinyatakan bahwa.
Ye yatha mam prapadyante tams
tathaiva bhajamy aham,
Mama vartmanuvartante manusyah
partha sarvauah
Artinya:
Jalan
mana pun yang ditempuh seseorang kepadaku, Aku memberikanya anugrah setimpal.
Semua
orang mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha.
Selain patung,
pohon-pohon juga diberikan sesajen, dipasangkan kain, serta dihias sedemikian
rupa sehingga terkesan angker dan menakutka.berbagai mitos tentang hal tersebut
semakin membuat umat Hindu di Bali dianggap menyembah berhala. Sesungguhnya,
mitos yang dibuat oleh nenek moyang terdahulu jika dirasionalkan sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Dengan melakukan ritual memberikan sesajen pada
pohon-pohon tua yang masih kokoh itu tidak ada yang berani menebangnya,
sehingga kelestrarian alam Bali dapat terjaga. Selain itu, menjaga hubungan
baik antara manusia dengan lingkungannya (Palemahan) dalam konsep Tri hita
Karana yang dipegang teguh oleh umat Hindu di Bali juga menjadikan dasar ritual
tersebut.
Sesajen Untuk Bhuta Kala Agar Ada Keseimbangan |
Memuja mahluk selain
manusia yang sering disebut dengan Bhuta Kala dilakukan umat Hindu Bali juga
sering menjadi topic perbincangan oleh yang belum memahaminya. Umat Hindu di
Bali sering dianggap memuja setan dengan memberikan banten segehan. Sesungguhnya,
filosofi pemberian sesajen untuk Bhuta kala itu dilakukan untuk menjaga
keseimbangan alam Bali. Pemberian sesajen kepada mahkluk halus merupakan symbol
ramah tamah serta wujud menghargai keberadaan mereka sehingga dapat hidup
berdampingan tidak mengganggu satu nama lain. Dengan sesajen itu, manusia
menyadari bahwa dirinya bukanlah pusat dari alam semesta sehingga dalam
menjalani kehidupan hendaknya senantiasa bedamai dengan alam dan segala isinya.
Sumber : Gusti Diah Indraswari
EmoticonEmoticon