-->
logo blog

Wednesday, May 11, 2016

Sejarah Asta Kosala Kosali Menurut Ida Pandita Dukuh Samyaga



Asta Kosala Kosali
Hindu Bersuara -   Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. Penataan Bangunan biasanya menggunakan anatomi tubuh manusia. Pengukuran didasarkan pada ukuran tubuh, tidak menggunakan meter. Jenis-jenis pengukurannya sebagai berikut:

·      Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas)
·    Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka)
·      Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan)
Konsep penataan Rumah di Bali juga didasarkan oleh Buana Agung (Makrokosmos) dan Buana Alit (Mikrokosmos). Yaitu sebagai berikut:

1.     Bhur, alam nista yang menjadi simbolis keberadaan setan dan nafsu yang selalu menggoda manusia untuk berbuat menyimpang dari dharma.alam semesta,
2.     Bwah, alam manusia dan kehidupan keseharian yang penuh dengan godaan duniawi, yang berhubungan dengan materialism
3.     Swah, Sorga alam dewa-dewi dan Brahman, alam yang dihuni oleh jiwa-jiwa (atman) yang bathinnya bersih dan suci serta hidupnya penuh welas asih dan dharma kebaikan.

Selain itu, Asta Kosala Kosali juga berpatokan pada Nawa Sanga (9 mata angin). Setiap bangunan itu memiliki tempat sendiri. Yaitu sebagai berikut:

1.      Dapur, karena berhubungan dengan Api maka Dapur ditempatkan di Selatan,
2.    Tempat Sembahyang karena berhubungan dengan menyembah akan di tempatkan di Timur tempat matahari Terbit.
3.      Karena Sumur menjadi sumber Air maka ditempatkan di Utara dimana Gunung berada.

Pemilihan Tanah Untuk Membangun
Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring ke utara, pelemahan datar (asah), pelemahan inang, pelemahan marubu lalah(berbau pedas).
Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah :

1.      karang karubuhan (tumbak rurung/ jalan),
2.      karang sandang lawe (pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan),
3.      karang sulanyapi (karang yang dilingkari oleh lorong (jalan)
4.      karang buta kabanda (karang yang diapit lorong/ jalan),
5.      karang teledu nginyah (karang tumbak tukad),
6.      karang gerah (karang di hulu Kahyangan),
7.      karang tenget,
8.      karang buta salah wetu,
9.      karang boros wong (dua pintu masuk berdampingan sama tinggi),
10.  karang suduk angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah
11.  tanah yang berwarna hitam- legam, berbau “bengualid” (busuk)

Konsep Asta Kosali Kosali
Tanah- tanah yang tidak baik (ala) tersebut di atas, dapat difungsikan sebagai lokasi membangun perumahan kalau disertai dengan upacara/ upakara agama yang ditentukan, serta dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara/ upakara pamarisuda. Perumahan Dengan Pekarangan Sempit, bertingkat dan Rumah Susun.

Sejarah Asta Kosala Kosali
Menurut Ida Pandita Dukuh Samyaga, perkembangan arsitektur bangunan Bali, tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah Bali Aga berikut zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke 11, atau zaman pemerintahan Raja Anak Wungsu di Bali banyak mewarisi landasan pembanguna arsitektur Bali.

Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14, juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur.

Karenanya, tiap bangunan di Bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan Wiswakarma. Upacara demikian dilakukan mulai dari pemilihan lokasi, membuat dasar bagunan sampai bangunan selesai. Hal ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi penghuninya.
 Penataan Berdasarkan Kondisi

 Pekarangan Sempit.

 Dengan sempitnya pekarangan, penataan pekarangan sesuai dengan ketentuan Asta Bumi sulit  dilakukan. Untuk itu jiwa konsepsi Tri Mandala sejauh mungkin hendaknya tercermin (tempat  pemujaan, bangunan perumahan, tempat pembuangan (alam bhuta).
 Karena keterbatasan pekarangan tempat pemujaan diatur sesuai konsep tersebut di atas dengan  membuat tempat pemujaan minimal Kemulan/ Rong Tiga atau Padma, Penunggun Karang dan  Natar.

 Rumah Bertingkat.
 Untuk rumah bertingkat bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu  halaman bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas.

        Rumah Susun.
Untuk rumah Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari. Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan.

Tata Letak Dalam Membangun
Ketika rancangan rumah sudah selesai, dalam proses membangun rumah ada beberapa hal yang bisa menjadi patokan agar rumah lebih bersinergi positif. Yaitu sebagai berikut:

1.       Bangunan yang terletak di timur,lantainya lebih tinggi sebab munurut masyarakat bali selatan umumnya,bagian timur dianggap sebagai hulu(kepala)yang disucikan. Dari segi fengshui pun mengatakan dengan tatanan seperti sinar matahari tidak terlalu kencang,dan air tidak sampai ke bagian hulu sehingga memberikan energi yang lebih positif. Bagunan yang cocok untuk ditempatkan diareal itu adalah tempat suci keluarga yg disebut merajan atau sanggah

2.           Dapur diletakan di arah barat (barat daya) dihitung dari tempat yang di anggap sebagai hulu (tempat suci) atau di sebelah kiri pintu masuk areal rumah, karena menurut konsep lontar Asta Bumi,tempat ini sebagai letak Dewa Api.

3.          Sumur ato lumbung tempat penyimpanan padi jika bisa diletakan di sebelah timur atau utara dapur atau juga di sebelah kanan pintu gerbang masuk rumah karena melihat posisi Dewa Air.

4.       Bangunan balai Bandung (tempat tidur) diletakan diarah utara,sedangkan balai adat atau balai gede ditempatkan disebelah timur dapur dan diselatan balai Bandung.Bangunan penunjang lainnya diletakkan di sebelah selatan balai adat.

Penentuan Pintu Masuk
Selain menemukan posisinya yang tepat untuk menangkap dewa air sebagai sumber rejeki ukuran pintu masuk juga harus diatur. Jika membuat pintu masuk lebih dari satu,lebar pintu masuk utama dan lainya tidak boleh sama.Termasuk tinggi lantainya juga tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama (dibali berbentuk gapura/angkul – angkul) harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garase.jika dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sakit-sakitan.Akan sangat bagus bila di sebelah kiri (sebelah timur jika rumah mengadap selatan) diatur jambangan air (pot air) yang diisi ikan.

Semoga bermanfaat untuk semeton dalam membangun rumah yang nyaman dan aman serta mampu menambah dan menumbuhkan energi positif pada rumah sesuai dengan maksud dan tujuan dari Asta Kosala Kosali.

Sumber : Buku Asta Kosala Kosali


EmoticonEmoticon