Hukum Rta |
Hindu Bersuara - Manusia
tercipta di dunia mengalami proses dari
pemeliharaan sampai meninggal dunia. Ada juga yang meninggal dalam kandungan
atau sesaat setelah kelahiran. Bhagavadghita menyatakan kelahiran ini adalah
jadma.
Dalam prosesnya,
manusia akan mengalami berbagai hal seperti sakit, penderitaan, umur tua dan
menanti waktu kematian. Tidak ada kematian untuk sang atman dalam prinsip
spiritualitas. Kelahiran kehidupan,
penyakit umur tua dan kematian alhanyalaj proses dari sebuah kehidupan ketika
atman bereinkarnasi ke dunia terbungkus badan material. Atman hanya kembali ke
asalnya.
Manusia diikat oleh
rasa cinta yang mendalam terhadap manusia lainnya. Saat mereka mati atau dimana
atman meninggalkan badannya, maka tubuh tinggal jasad. Tidak ada komunikasi
lagi antara yang meninggal dan yang ditinggalkan. Ini yang menjadi momok dimana
orang akan merasa kehilangan. Kehidupan adalah permainan dari karma. Ada
pertemuan pasti ada perpisahan.
Pertemuan yang terjadi
di dunia saat ini adalah pertemuan maya atau ilusi. Ibaratkan air laut yang
menghasilkan gelombang, gelombang yang menghasilkan ombak, ombak yang
menghasilkan buih dan buih terhempas ke pantai dan bertemu dengan pasir-pasir. Sejenak
buih itu mengendap. Namun saat ditarik, buih akan menghilang tergerus lagi
kembali ke laut.
Selama karma belum
sempurna dalam kemurnian spirit, selama itu pula kita akan dihempaskan lagi dan
lagi. Ditariknya buih oleh ombak ke laut bukan untuk didiamkan melainkan untuk
dihempaskan kembali selama karma belum selesai. Hanya saja manusia kurang
memahami konsep kelahiran yang berulang-ulang. Manusia tidak akan bisa melawan
hukum Rta di muka bumi ini.
Sumber : Tribun bali
EmoticonEmoticon