Contoh Berbusana Bali Yang Baik dan Beretika |
Budaya Bali - Dalam hal berbusana biasanya seiring berkembangnya jaman seiring modern pun
dalam tren berbusana. Seperti halnya dalam berpakaian untuk sembahyang saat ke
pura. Bagi umat Hindu wanita sering kita jumpai mengenakan kebaya dengan bahan
tranparan dengan kain bawahan(kamen) bagian depan hanya beberapa centi dibawah
lutut melakukan persembahyangan.
Pikiran
setiap manusia tentu tidak sama, ada yang berpikir positif bahwa itulah trend
mode masa kini. Tapi yang berpikiran negatif tentu tidak sedikit, inilah
permasalahanya pikiran negatif, paling tidak busana terbuka akan mempengaruhi
kesucian pikiran umat lain yang melihatnya sehingga mempengaruhi konsentrasi
persembahyangan.
Dalam
Sarasamuscaya, sloka 82 dijelaskan :
SARVAM PASYATI CAKSUSMAN MANOYUKTENA CAKSUSA, MANASI VYAKULE JATE PASYANNAPI NA PASYATI
Artinya
: Mata dikatakan dapat melihat berbagai benda, tiada lain sebenarnya pikiranlah
yang menyertai mata, sehingga jika pikiran bingung maka nafsulah yang
menguasai; maka pikiranlah yang memegang peranan utama.
Pikiran
yang akan mengantarkan sembah bhakti kita kepada Hyang Widhi, Jika dalam
persembahyangan pikiran terfokus pada Hyang Widhi, maka sembah bhakti kita akan
sampai pada-Nya, namun jika pikiran terpusat pada yang tidak patut, maka
kesanalah angan kita dibawa.
Etika
Berbusana Kepura
Berpakaian
ke Pura, dibahas dalam Paruman Sulinggih yang diadakan tahun 1976 ditetapkan
bahwa busana untuk ke Pura:
Bagi
Pria:
• Baju
• Kampuh
• Kain panjang
• Sabuk
• Alas kaki (fakultatif/boleh iya,boleh
tidak)
Bagi
wanita:
• Baju/kebaya
• Kain panjang
• Sesenteng
• Sabuk
• Alas kaki (fakultatif/ boleh
iya,boleh tidak)
Kesopanan
dalam berpakaian ke Pura diatur pula dalam Tata-Tertib masuk ke Pura seperti
yang telah diputuskan dalam seminar di Amlapura tahun 1975, di mana dinyatakan
bahwa pakaian ke Pura adalah yang sopan, rapi, bersih, dan tidak menonjolkan
bagian-bagian tubuh yang dapat merangsang, serta dandanan yang sederhana dalam
artian tidak menggunakan hiasan berlebihan.
Tata
Cara Memasuki Pura
Berikut
tata cara atau larangan memasuki pura ,
agar kesucian Pura tetap terjaga.
1. Tidak dalam keadaan cuntaka (baru
melahirkan, kematian, wanita datang bulan, bayi belum tiga upacara tiga bulanan
dll)
2. Bersih lahir bathin; lahir : sudah
mandi, pakaian bersih dengan tata cara pakaian yang wajar untuk bersembahyang;
bathin : pikiran yang hening, tenang, tentram dan siap memusatkan pikiran untuk
berbakti kepada Yang Maha Kuasa.
3. Wanita yang rambutnya diurai tidak
boleh masuk karena rambut yang diurai menyiratkan : ke-asmaraan (birahi),
marah, sedih, dan mempelajari ilmu hitam.
4. Dilarang Berpakaian tidak sopan atau
menonjolkan bentuk tubuh/ aurat.
5.Tidak boleh Bercumbu, berkelahi,
bertengkar, berkata kasar/ memaki, bergosip, menyusui bayi, meludah, buang air,
mencorat-coret pelinggih-pelinggih, dan lain-lain
6. Dilarang dalam keadaan sakit dan mabuk
karena akan dapat membuat pura leteh.
Semoga
kita dapat memahami betul tata cara memasuki pura agar kita dapat menjaga
kesucian pura itu sendiri. Dan dalam etika berbusana semestinya mengikuti
norma-norma susila, etika, dan pertimbangan yang bijaksana. Jangan hanya
memikirkan kesenangan dan kepuasan diri pribadi, tetapi juga pertimbangkan
pikiran orang lain.
Semoga
artikel ini dapat bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau
kurang lengkap mohon dikoreksi bersama. Suksma…
EmoticonEmoticon